Perjuangan untukmu, si Buah Hati

Postingan pertama 😊 Sudah lama sih pengen bikin blog, akhirnya baru kesampaian sekarang. Dan ini postingan pertama saya.

Di postingan pertama ini saya ingin berbagi cerita, berbagi pengalaman tentang promil. Tentang perjuangan saya dan suami untuk mendapatkan buah hati. Kebetulan hari ini tepat 33 minggu kehamilan saya.

Untuk saya dan suami, bukan perkara gampang untuk mendapatkan buah hati. Walaupun juga bukan long long story, tapi toh saya tetap ingin berbagi. Semoga ada manfaatnya untuk yang juga sedang berjuang promil dan menunggu hasil terbaik.

Bermula dari pernikahan saya dan suami pada tanggal 12 November 2015, setelah proses pacaran kami yang lumayan lama, hampir 5,5 tahun. Akhirnya kita memantapkan hati untuk menikah. Pastinya kita mengharapkan langsung punya anak, tidak mau menunda lebih lama lagi. Dua hari setelah ijab qabul saya haid. Senang sekali rasanya, karena langsung ketemu masa subur dan berharap bisa langsung hamil. Tapi ternyata bulan Desember haid datang tepat waktu . Ya sudah, kita enjoy aja, toh baru 1 bulan menikah, hitung-hitung menikmati masa-masa berdua dulu.

Bulan Januari dan Februari juga si haid ini datang tepat waktu, tidak telat seharipun. Suami masih santai aja. Sayanya yang sudah mulai ketar-ketir. Selain karena memang berharap sekali bisa langsung punya anak, pertanyaan dari kanan-kiri juga sudah mulai mengusik. Apalagi teman yang menikah bulan Desember sudah hamil 2 bulan.

Akhirnya di bulan ke-3 pernikahan ini saya mulai cari-cari informasi seputar promil atau program hamil. Sebelumnya sudah banyak yang menyarankan promil susu pra-kehamilan + vitamin E + asam folat. Tapi saya belum berani mencoba karena takut ada efek sampingnya. Di bulan ke3 pernikahan ini saya memberanikan diri untuk mulai mencoba mengkonsumsi susu pra-kehamilan + vitamin E + asam folat ini. Dengan semangat yang menggebu-gebu.

Ternyata bulan Maret dan April haid masih saja datang tepat waktu. Mau tidak mau pikiran macam-macam mulai berdatangan. Secara sudah bulan ke-5 pernikahan dan sahabat saya yang menikah bulan Maret juga sudah langsung hamil. Perasaan sudah mulai tidak karuan. Apalagi di saat melihat media sosial, ada postingan teman-teman soal kehamilannya, saya jadi suka sedih sendiri. Kadang juga sampai menangis sendiri. Sampai timbul pikiran “Kok teman-teman langsung dikasih hamil ya, sementara saya tidak. Mereka yang kisah cintanya kelihatan mulus, perjuangan untuk hamilnya juga kelihatan mulus tanpa hambatan. Padahal kita yang pacaran 5 tahun lebih, dengan perjuangan yg tidak gampang untuk sampai ke jenjang pernikahan, malah untuk hamil aja juga susah banget.” Saya sampai punya pikiran sejauh itu. Rasanya tidak adil, dan suka iri melihat teman-teman yang sudah mendapat kepercayaan untuk hamil. Akhirnya suami melarang sering-sering buka sosial media dan terus mensupport untuk promil lagi.

Bulan April saya lanjut lagi promilnya. Dan akhirnya bulan mei, bisa merasakan yang namanya “telat”. Saking antusiasnya, baru telat dua hari saya sudah langsung testpack, dan hasilnya garis dua, tapi satu lagi masih samar. Senangnya luar biasa, dan saya langsung mengurangi kegiatan untuk menjaga kehamilan yang sudah lama ditunggu-tunggu ini. Tapi ternyata Yang Di Atas punya rencana lain. Saya merasakan hamil ini cuma sampai telat 12 hari saja. Setelah beberapa kali flek, dua kali cek ke bidan, di kasih obat penguat, tapi ternyata di hari ke-12 telat, darah keluar banyak sekali dan perut sakit luar biasa. Akhirnya langsung ke bidan lagi, dan bidan bilang janinnya sudah keluar dan dikasih obat peluruh agar semuanya keluar. Mungkin seperti inilah rasanya yang diistilahkan orang dengan “seakan langit runtuh”. Benar-benar sedih dan terpuruk luar biasa. Bukan hanya bersedih untuk diri saya sendiri, karena kehamilan yang sudah ditunggu berbulan-bulan ternyata hanya bisa merasakannya sebentar saja. Tapi justru saya lebih sedih kalau mengingat orang-orang tersayang di sekeliling saya yang sudah sangat berharap. Di keluarga saya, ini baru cucu pertama, sementara di keluarga suami, cucu kedua. Dalam pikiran saya saat itu, saya sudah sangat mengecewakan suami, yang sangat mengharapkan kehadiran anak, orangtua dan mertua serta keluarga lainnya yang sudah sangat berharap cucu dari rahim saya. Pemikiran ini membuat saya sangat terpuruk, dan sampai menangis berhari-hari. Bahkan selama beberapa hari setelah itu saya sama sekali tidak berani menonton televisi, karena setiap melihat iklan yang ada anak bayinya, saya akan langsung menangis. Beruntung saya punya suami dan keluarga yang selalu bisa mensupport dan membesarkan hati saya. Terima kasih untuk suami saya yang sudah begitu mengerti dan sangat bisa menghibur, walaupun dalam hatinya saya tahu dia juga sangat sedih, tapi sekalipun tidak pernah menunjukkannya di depan saya.

Setelah darahnya berhenti kira-kira 1 mingguan kemudian, ditemani suami saya cek ke Spog. Dokter melakukan pemeriksaan usg, dan rahim saya dinyatakan sudah bersih dan sehat, tidak ada masalah apapun. Semangat untuk lanjut promil lagi. Tapi ternyata saya mulai ogah-ogahan untuk minum susu pra-kehamilan + vitamin E + asam folatnya. Mungkin karena masih sedih dan masih agak down.

Bulan Juni, beberapa hari di awal ramadhan, saya sudah haid lagi. Akhirnya disini saya dan suami berdiskusi. Berbicara dari hati ke hati, mengeluarkan apa yang kita rasakan. Akhirnya, sampailah kita pada kesimpulan yang sama. Mungkin Allah belum percaya kepada kita, makanya kita masih belum diberi kepercayaan untuk jadi orang tua. Dan kehilangan kita yang sebelumnya mungkin berupa teguran. Karena selama ini kita terlalu berharap, dan seakan lupa bahwa kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Untuk hasilnya sama sekali bukan kuasa kita. Kita ditegur karena merasa hidup tidak adil. Karena sempat merasa iri terhadap apa yang diperoleh orang lain, sementara kita lupa mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan. Akhirnya kita sama-sama membulatkan tekat untuk memperbaiki diri terus menerus. Kita berusaha, dan hasilnya, apapun itu kita serahkan pada Yang Maha Kuasa. Cukup memperbaiki diri, berusaha dan berdoa. Untuk hasil, kita syukuri apapun itu.

Di bulan ramadhan, bulan ke-7 pernikahan kita, saya mulai lanjut lagi minum susu pra-kehamilan + vitamin E + asam folat, dan suami juga mulai mengurangi rokok. Tapi karena puasa, kadang saya jadi malas minum vitaminnya, bahkan minum susu juga kadang malas. Jadi saya minum semau dan seingatnya saja, tidak rutin seperti biasa. Di bulan puasa ini, saya pernah membaca tulisan dan juga mendengar tausyiah, kalau ternyata ada waktu-waktu yang mustajab untuk kita berdoa. Seandainya kita berdoa di waktu-waktu ini, insyaallah doa kita tidak akan di tolak. Salah satunya adalah berdoa setelah berbuka puasa. Ini yang berusaha saya amalkan dari semenjak selesai haid di awal ramadhan sampai ramadhan terakhir. Setiap selesai membatalkan puasa, saya selalu berdoa agar diberi kepercayaan untuk jadi orang tua.

Akhirnya ramadhan berakhir. Dengan segala kesibukan dan kerepotan lebaran, saya sampai lupa kalau seharusnya sudah haid, tapi masih belum datang juga. Saya dan suami sudah balik ke rutinitas biasa lagi, sudah sama-sama mulai kerja lagi. Akhirnya suami yang mengingatkan, kok saya belum haid juga. Tapi saya tidak mau testpack dlu, karena takut kecewa. Tapi tetap di jaga makan dan mengurangi aktifitas naik motor dulu. Setelah telat 12 hari, akhirnya testpack, dan ternyata positif. Alhamdulillah. Kita tunggu telat satu siklus, 28 hari, baru kita cek ke dokter, dan alhamdulillah hasilnya baik. Perkembangan janin juga bagus, dan hari ini sudah menginjak 33 minggu usia kehamilan. Tentunya dengan segala cerita dan perjuangannya juga. Saya akan cerita lain waktu yaa. 😁

Ternyata benar kata orang, kita tidak boleh terlalu berharap. Boleh berusaha dengan keras, boleh berdoa sebanyak kita sanggup, tapi jangan lupa bahwa hasilnya tetap di luar kuasa kita. Ketika kita sudah berusaha dan berdoa, hasilnya serahkan saja pada yang di atas. Karena Allah tidak akan pernah sia-sia. Dia akan memberikan apa yang terbaik untuk kita di saat dan di waktu yang tepat. Sampai saat itu datang, tugas kita adalah berusaha, berdoa, dan memperbaiki diri agar kita layak pada saat waktunya tiba nanti. Jangan pernah merasa hidup atau takdir ini tidak adil. Sedih boleh, tapi jangan sampai ada rasa iri atas apa yang orang lain dapatkan.

Syukuri apa yang sudah kita peroleh, apa yang sudah kita dapatkan. Karena mungkin apa yang sudah kita dapatkan hari ini, tanpa kita sadari adalah apa yang orang lain inginkan. ^^